Waktu aku kecil, aku Gian Abiya Khalfani
yang sekarang sudah menginjak kelas 9 (93) sangat suka bermain sepeda bersama teman-teman
di sekitar rumah. Setiap sore, kita berlomba di jalan kecil yang agak menurun
di dekat komplek. Saat itu, aku mencoba belajar melepas roda bantu, aku merasa
sangat bangga karena bisa mengayuh sepeda sendiri tanpa jatuh. Sayangnya,
semangatku yang berlebihan membuatku tidak terlalu hati-hati.
Suatu sore, aku mengayuh sepeda kencang
karena ingin menyalip temanku yang ada di depan. Eh ternyata, di tengah jalan
ada batu kecil yang gak aku sadari. Roda depan sepedaku menghantam batu kecil
itu, dan seketika tubuhku terlempar ke depan. Aku jatuh lumayan keras di atas
aspal, lutut dan telapak tanganku terasa
perih dan berdarah. Sepedaku pun tergeletak di pinggir jalan yang ternyata
rantai sepeda ku sudah terlepas disamping sepedaku.
Aku menangis karena rasa sakit dan kaget. Teman-temanku bergegas menghampiri dan mencoba menolong, tapi aku terlalu panik takut kaki ku kenapa-napa sambil memegangi lutut yang berdarah. Salah satu teman memanggil papaku yang langsung datang dengan wajah panik. Dengan hati-hati, ia membersihkan luka dan membawa aku pulang untuk diberi obat antiseptik. Rasanya perih sekali saat luka dibersihkan, tapi mama dan papaku berusaha menenangkanku dengan lembut.
Sejak kejadian pada ak masi kelas 3 sd, aku
jadi lebih berhati-hati setiap kali naik
sepeda. Aku belajar bahwa jika terlalu percaya diri tapi tidak memperhatikan
sekitar bisa berbahaya. Meskipun waktu itu aku merasa sangat takut untuk naik
sepeda lagi, beberapa hari kemudian aku mencoba lagi sambil lebih pelan dan
waspada. Dari pengalaman ter-jatuh itu, aku belajar pentingnya berhati-hati dan
tidak keras kepala, bahkan dalam hal yang terlihat sederhana seperti bersepeda.

0 Comments